Halaman

Minggu, 27 Februari 2011

Hati Muntah Kata-kata


jatuh cinta.. inilah rasa yang sulit aku rasakan saat ini. meskipun banyak wanita menari, menebarkan pesona indah dari sinar bola matanya, namun tiada satupun yang bisa menembus peliknya labirin hati ini. aku rindu akan rasa dimana jantungku bisa berdebar
kencang saat pujaan hati ada di sekitarku.. rindu saat bayang wajahnya merasuk di pikiranku. rindu rasa dimana perasaanku diselimuti rasa cemburu. aku selalu bertanya-tanya kepada jiwaku, apakah hatiku sudah beku? kapan ku bisa menemukan cinta kembali? dimanakah hati ini akan berlabuh? semuanya masih belum terjawab dan masih menjadi teka-teki putih yang hanya bisa dijawab oleh sang waktu.. 

pada suatu malam, ada suatu hal yang menyesakkan otakku. membuatku bergegas merenung. mencari hikmah yang tersembunyi dibalik suatu masa. masa dimana aku salah memilih wanita yang berhak mengisi roh di dalam tubuhku ini. pada saat itu rasa sesal bagaikan sebuah tambang berduri yang mengikat erat didadaku.. beruntung aku mendapat risalah dari kejadian ini. "cinta terhadap dunia jangan sampai melebihi cinta terhadap Illahi". kata-kata ini tak henti-hentinya beredar berotasi mengelilingi akal sehatku.

aku tak akan pernah lupa , jiwaku seperti dipasung, dikelilingi oleh jeruji raksasa yang ujungnya tajam.. 
aku bagaikan sebuah robot.. kaku.. tak bisa bergerak menjadi diri sendiri.. jiwaku dipermainkan. mungkin hal inilah yang membuatku berfikir. aku tak akan terlalu cepat mengambil keputusan yang menyangkut masalah perasaan.

sekarang aku mesti berfikir 1000 kali dan merenung dalam memutuskan pantaskah ia menjadi kekasihku yang kedua setelah Illahi? aku mencari yang terbaik untuk pengembangan diri, cinta kepada Allah dan agama, bukan hanya sekedar kesenangan dan foya-foya semata.

aku selalu tertawa kecil dengan sahabat yang menjadikan kekasih hatinya layaknya tuhan.. namun pernahkah ia menjadikan tuhan layaknya seorang kekasih? puja dan puji selalu ia layangkan, segala keluhan ia curahkan hingga ia berkata "aku tak bisa hidup tanpamu." pada saat cintanya patah, jiwanya seakan tergoncang bagaikan orang yang sudah gila.. 

aku.. aku menyadari bahwa aku tak setampan nabi yusuf, tak sepintar nabi Muhammad, tak seberani nabi sulaiman, tapi aku memiliki sesuatu yang berbeda dengan insan-insan yang lainnya. karena aku adalah aku apa adanya. aku adalah hasil persenyawaan dari sekelumit problema yang berhasil aku pecahkan dan konversikan menjadi sebuah pemahaman.

RIFKI IRAWAN
16 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar