Halaman

Senin, 01 Agustus 2011

Puasa Lebih Kepada Amalan Batin

Ramadhan adalah bulan dimana pahala dilipat gandakan oleh Allah Subhanallahu Wata’ala. Maka sebagai muslim patutnya kita senantiasa berlomba-lomba dalam hal mengerjakan kebaikan dengan hanya berniatkan Lillahita’ala. Sebagai contohnya saja sholat sunnah, jika di kesempatan bulan-bulan yang lain hanya mendapat satu pahala. Maka hannya khusus di bulan ini Allah melipat gandakan  pahalanya menjadi 700 kali kebaikan. Tidak terkecuali Puasa dalam Ramadhan.


Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta melakukan perkara-perkara yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sehingga terbenamnya matahari. pada bulan Ramadhan, puasa hukumnya adalah wajib bagi yang mampu menjalaninya. Jika tidak mampu menjalani karena sudah berumur tua, maka wajib membayar fidyah memberi makanan kepada 60 orang fakir miskin seharga 2,5 kg beras.

Al Baqarah ayat 185

يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
Jika mampu namun sengaja meninggalkannya, maka ia bukan termasuk kaum muslim. Mengapa? Karena puasa wajib Ramadhan merupakan rukun-rukun agama islam setelah syahadat, sholat, dan zakat.
Puasa Ramadhan tidak seperti ibadah-ibadah yang lain yang sudah ditentukan nilai pahalanya dalam Al qur’an maupun hadis. Seperti halnya sholat munfarid (sendirian) dihitung satu kebaikan, dan Sholat jama’ah dihitung 27 derajat kebaikan. Hal ini dikarenakan puasa bukan hanya sekadar Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan dan  Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari seperti Memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan, Muntah dengan sengaja, Bersetubuh atau mengeluarkan mani dengan sengaja ,kedatangan haid atau nifas, Melahirkan anak atau keguguran, Gila walaupun sekejap, Mabuk ataupun pingsan sepanjang hari, Murtad atau keluar daripada agama Islam saja, namun lebih kepada pengkontrolan atau penjagaan hati dari sifat-sifat tercela baik berhubungan dengan Allah juga berhubungan dengan manusia.
Nilai pahala puasa tidak ditentukan oleh Allah, karena kita berniat ibadah karena Allah dan yang juga menilai dan tahu kadar nilai pahalanya hanya Allah. Penjagaan hati dari sifat-sifat tercela merupakan suatu usaha yang sangat berharga di mata Illahi dan penilaian berdasarkan apa yang sudah kita kerjakan di bulan ini. semoga di bulan barokah ini kita bisa berhijrah hati menuju hati yang suci amiiiin..

RIFKI IRAWAN
1 Ramadhan 1432 -Ponpes Al muhsin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar