Halaman

Jumat, 20 April 2012

Antara Teknologi, Inovasi, dan membudayanya kebudayaan Barat.


Oleh: Rifki Irawan

Tanpa disadari, di era globalisasi seperti sekarang ini, budaya jahiliyah telah merasuk kembali kedalam hati generasi muda bangsa. Mulai dari pergaulan bebas, pornografi, minum-minuman keras hingga narkoba menjadi hal yang lumrah di kalangan para calon penerus negeri ini. Tidak ketinggalan, perayaan-perayaan seperti hari valentin dan April Mop milik orang-orang kafir juga ikut-ikutan di rayakan.

Para generasi muda tidak menyadari bahwa mereka sedang dijajah oleh bangsa barat. Belum hilang ingatan kita tentang penjajahan yang dilakukan para kolonial belanda satu abad yang lalu, mereka menggunakan cara-cara kekerasan dan perbudakan yang nyata untuk menguasai dan menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun kini zaman telah berubah. Bangsa barat telah menemukan formula khusus untuk menghancurkan dan memusnahkan sendi-sendi keyakinan islam dalam hati seorang muslim dengan dikembangkannya teknologi dan inovasi.
Percaya atau tidak, virus teknologi dan inovasi yang mewabah di Indonesia berperan besar dalam penyebaran budaya-budaya barat. Film, musik, dan fashion dari bangsa barat telah menjadi tuhan yang terus dipuja dan diagung-agungkan oleh generasi muda saat ini. Bayangkan saja, jika ada film Hollywood baru produksi Amerika tayang perdana di bioskop Indonesia. antusiasme kaum muda dalam menyambut film tersebut begitu besar. Generasi muda rela mengantre demi menyaksikan film yang  dikemas dengan teknologi dan inovasi kelas wahid produksi barat. Padahal dalam film tersebut, mereka selalu menyisipkan ideologi-ideologi kafirnya untuk ditanamkan pada fikiran-fikiran calon penerus bangsa ini. Adegan-adegan zina,pergaulan bebas yang terdapat dalam film yang seharusnya dijauhi malah dianggap romantis, mabuk-mabukan dan “sakau” yang mestinya haram dianggap jadi sesuatu yang bergengsi . hal ini merupakan suatu keberhasilan bagi bangsa barat dalam memperoleh suatu misi menghancurkan islam di negeri ini dan merupakan lampu kuning bagi ulama-ulama dan para kyai untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan islam. Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh berkata dari Nabi saw,”Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah penglihatan, zina lisan adalah perkataan dimana diri ini menginginkan dan menyukai serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (HR. Bukhori)
Selain melalui film, bangsa barat dengan istiqomah juga melancarkan serangan terhadap keimanan muslim melalui musik. Dengan teknologi dan inovasi dalam bermusiknya juga lah, generasi muda terlena dan sedikit demi sedikit melupakan ibadah yang mestinya dilakukan. Bangsa barat membius kaum muslimin sebuah paradigma bahwa  bernyanyi lebih menarik dan mengasyikkan ketimbang membaca Al Qur’an. Padahal dalam Al Qur’an Allah telah berfirman dalam surat Lukman ayat 31 yang berbunyi:
z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ÎŽtIô±tƒ uqôgs9 Ï]ƒÏysø9$# ¨@ÅÒãÏ9 `tã È@Î6y «!$# ÎŽötóÎ/ 5Où=Ïæ $ydxÏ­Gtƒur #·râèd 4 y7Í´¯»s9'ré& öNçlm; Ò>#xtã ×ûüÎgB ÇÏÈ  
6.  Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memproleh azab yang menghinakan.
Dalam karya musiknya, Musisi-musisi barat juga menyisipkan lirik-lirik kekafiran dengan tema perzinaan, dosa-dosa besar, bahkan tentang pemujaan terhadap setan, sementara kaum muslimin sebagai penikmatnya yang tidak memahami bahasa inggris sebagai bahasa barat terus terbius, terbawa dalam alunan melodi yang mereka ciptakan. Setelah kaum muslimin terbius dengan alunan yang mereka ciptakan, otomatis mereka semakin penasaran dan mendalami siapa penciptanya, bagaimana kepribadiannya, hingga menjadikan penciptanya seorang idola.
Ketika seorang musisi barat dijadikan seorang idola, tak heran jika saat mereka mengadakan sebuah konser musik, tiket konsernya akan selalu habis terjual meskipun harganya selangit. Para fansnya juga terlihat kesetanan ketika lagu idola mereka dipertunjukkan. Hal ini sama saja menuhankan idola mereka  yang notabene adalah seorang manusia, karena mereka rela berkorban waktu, harta, bahkan nyawa hanya untuk menyaksikan sebuah konser pertunjukan musik.
Fashion juga menjadi alat bagi bangsa barat untuk meruntuhkan kebudayaan islam. Pakaian ketat, rok mini, dan tank top menjadi popular di kalangan generasi muda. Mereka menganggap bahwa berpakaian minim dan ketat menjadikan pemakainya terlihat lebih cantik dan seksi. Bahkan fashion barat telah mempengaruhi model pakaian islami. Di saat muslimah mengenakan kerudung yang rapi, mereka tidak membarengi dengan memakai baju yang rapat dan rok panjang yang menutupi aurat. Mereka malah menggunakan baju dan celana panjang yang ketat pula. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena ketika seorang perempuan memakai baju yang melampaui batas asusila akan mengundang tindakan kejahatan terhadap dirinya.
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
"dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, "(Surah An Nuur: 31)
          Dengan film, music, dan fashionlah bangsa barat melunturkan kebudayaan muslim di Indonesia. Kita sebagai generasi calon penerus bangsa harus berhati-hati dengan film, musik, dan fashion atau budaya  barat yang masuk ke dalam Negara kita. Jangan meniru budaya yang belum kita kaji terlebih dahulu. Kita harus bersifat kritis  dan menyaring budaya yang tidak menyimpang dari ajaran islam. Untuk mencegah budaya barat yang menyimpang masuk ke dalam kehidupan kita, kita harus meningkatkan taqwa kita kepada Allah, karena ketakwaan adalah tameng untuk mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, dan terakhir kita juga harus selalu merealisasikan budaya islam pada kehidupan sehari-hari.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar