aku melihat dari kejauhan orang-orang
berdasi sedang mengunyah sesuatu di kegelapan ruangan kantor yang beraroma
kapulaga.Dengan perut yang membusung, menggelambir buncit , mereka khidmat
menyantap hidangan yang selalu mereka makan setelah duduk di kursi kekuasaan.
Mereka
tak bersuara hanya sesekali berbisik-bisik antara satu dengan yang lainnya. Terkadang
mulutnya tersenyum bahagia lalu mengambil lagi makanan yang mereka anggap
paling nikmat se Indonesia. Tapi percakapan hangat baru dimulai pada saat
mereka menyantap yang ke seratus kali. “mari kita berpesta” ujar si dasi merah
dengan penuh ceria. “aku tambah lagi”, pekik si dasi biru dengan penuh nafsu. Namun tiba-tiba si dasi hijau berteriak penuh
ketakutan. “Cadangan makanan kita habis,
bagaimana kawan-kawan!”. Serentak si dasi hitam sang pemimpin gerombolan
berdasi menjawab, “Tangkap lagi
orang-orang yang buta dan tuli hukum itu, kita habisi mereka, kita santap
dagingnya bersama-sama”. Mereka tak peduli sekurus apa orang yang buta dan tuli
hukum itu yang penting mereka memiliki daging yang bisa dimakan untuk memenuhi
hasrat kekuasaan mereka.
Rupanya bau bangkai dari daging si
buta dan tuli hukum terendus oleh orang-orang bersenjata api. Mereka dengan kasar menjebol pintu ruangan
itu. Serontak orang-orang berdasi terkejut setengah mati. Mereka takut perut
buncitnya tertembus peluru tajam orang-orang bersenjata api. “Angkat tangan!” tegas seorang yang bersenjata.
Orang-orang berdasi mengikuti pertintah dari-nya karena ketakutan. Tapi tiba-tiba bukannya menangkap orang-orang
yang berdasi , mereka malah ikut menyantap daging si buta dan tuli hukum. Senjata
api mereka seakan melunak ketika darah-darah dari daging si buta dan tuli hukum
meluber di bibirnya dan menyumbat ketegasan dari hukum yang mereka bawa. Tanpa
banyak bicara, mereka kemudian memayungi orang-orang yang berdasi dengan payung-payung
hukum mereka.
golongan si buta dan tuli hukum- 6 mei 2012
Rifki Irawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar