Kelas 3 sma adalah masa sma yang paling menegangkan.. pada masa ini berbagai jenis tes akan silih berganti menyapa setiap siswa siswi yang ingin lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, tak terkecuali aku.. aku yang saat itu mengambil jurusan IPA sangat terbebani dengan pelajaran fisika, kimia, matematika, yang aku rasa cukup sulit untuk bisa ku kerjakan.
Berbagai cara aku tempuh untuk mejalani sebuah proses yang ku sebut proses sebuah kesuksesan. Mulai dari latihan soal soal materi yang akan diujikan.. rajin mengikuti bimbingan belajar, berdiskusi dengan kelompok belajar sampai bertanya langsung pada guru yang bersangkutan. Aku tak jua lupa berdoa setiap malam, memohon pada sang Maha kuasa agar diberikan kemudahan dalam mengerjakan setiap soal yang disajikan.
Hari demi hari kulewati dengan bercumbu dengan pelajaran, menatap mata rumus yang indah hingga membuat ku jenuh dan mengalami kebosanan. Dalam benakku terlintas sebuah pikiran kapan ujian ujian ini segera berakhirr..? aku sudah muak dengan soal-soal ini.! segeralah aku beranjak dari meja belajarku dan mengambil air wudhu. Pada saat berwudhu, aku merasa sebuah kesejukkan yang tiada tara merasuk kedalam jiwaku. Air yang membasahi kepalaku membuat fikiran ku menjadi jernih. lantas ku lanjutkan kembali untaian rumus-rumus yang belum selesai aku rajut di atas kertas putih.
Suasana belajar tak hanya ada di rumah, namun juga ada di dalam kelas. Suasana kelas yang sebelumnya ramai oleh kicauan para sahabat. jika tidak ada guru yang mengajar. Kini berubah menjadi sepi layaknya kuburan. Tak ada suara manusia yang terbahak bahak maupun yang berteriak teriak. Semua hening, semua mulut berubah bisu, semua jari sibuk menggoreskan mata pensilnya, semua berharap menemukan solusi untuk memecahkan teka teki yang dibuat para professor soal.
“Putra!”, begitulah sahutku memanggil sahabatku. Suara ku yang lantang urung juga membuat sahabatku ini menoleh ke arah wajahku.. dengan sebuah tanda tanya yang besar, akupun menghampirinya dan melihat apa yang sedang ia kerjakan. Dengan langkah yang tenang, ku tapakkan kaki diatas lantai kelas RSBI yang bersih.
Sampai di depan mejanya, kulihat ketegangan menghiasi wajah salah satu siswa terpintar itu. Dengan mata yang tajam ia seakan membidik buruan yang ada di buku matematika karya guru kami. Sementara itu jarinya memegang pensil yang seolah olah berdansa, menari dalam alunan nada nada trigonometri. “put!” sahutku kembali. Kali ini reflek putra lebih cepat, ia pun membalas sahutanku. “ngapa cen?” (kuncen’. Sapaanku di masa SMA. Julukan itu sangat populer dikalangan teman-temanku dan tercipta oleh celetukan haikal, ia beranggapan bahwa tubuhku besar dan cukup sangar layaknya seorang kuncen gunung berapi). Saat matanya sudah mengarah kepada perhatianku. Aku langsung mengajukan pertanyaan padanya. “soal nomer 23 gimana put penyelesaianya?” tanyaku. Putra dengan semangat mencerna soal yang aku suguhkan. “Oooh begini cen.. ini dirubah kebentuk cosecant baru dicari jawabanya..” hmm..” aku mengangguk dan tersenyum penuh kepuasan.. “kalo seperti ini mungkin gw kerjain dari tadi” hahahaha.. :D. “OK cen”. Aku beranjak dari meja putra dan duduk kembali ketempatku. Semakin tertarik saja aku pada pelajaran ini. Didalam hati aku berkata “semoga aku bisa menjawab soal-soal ujian nanti. Sebuah doa yang penuh pengharapan kepada Allah.
BY : RIFKI IRAWAN
wah ini blog lu ncen :D
BalasHapusmantep mantep gue juga mau update blog ah :D
ok bro.. blog gw ada 3.. ini salah satunya.. wkwkwk
BalasHapusbuset dah lu ngangon blog ncen -_-
BalasHapushahaahaha
BalasHapus